http://images.detik.com/content/2014/03/22/317/135337_img2013061101838.jpgIndonesia boleh saja memiliki potensi pasar yang besar untuk penjualan perangkat telekomunikasi. Itu bisa kita lihat dari impor ponsel yang mencapai 15.338 ton lebih dengan nilai belanja USD 2,6 miliar di sepanjang 2013.

Tapi sayangnya, menurut Direktur Smartfren Merza Fachys, kondisi ini belum cukup ampuh untuk menarik minat investor asing membangun pabrik perangkat di negeri ini.

"Tahun lalu kami mengimpor sekitar 1,8 juta unit smartphone dan dongle. Tahun ini ada sekitar 4,8 juta unit untuk kedua perangkat itu yang akan diimpor. Kita sudah bicara dengan beberapa manufaktur terkait skala ekonomi yang ada itu,kenyataannya sejauh ini belum ada yang tertarik menggarap," ungkapnya saat menghadiri diskusi IndoTelko Forum di Jakarta.

Dijelaskannya, Smartfren yang menjalankan teknologi Code Division Multiple Access (CDMA) terpaksa mendatangkan perangkat untuk konsumen karena di pasar lebih banyak tersedia alat yang bisa digunakan untuk suara dan SMS.

"Sedangkan tren sekarang itu data. Kami terpaksa bicara dengan manufaktur di China dan bicara skala ekonomi. Akhirnya kita bisa dapatkan harga perangkat lumayan terjangkau. Masalahnya, dari tahun ke tahun impor smartphone dari Smartfren naik terus, nilainya lumayan menguras kantong, inilah pertimbangan perlunya digandeng manufaktur lokal, minimal kita bisa berhemat 5%-10% jika merakitnya di dalam negeri," jelasnya.

Menurutnya, belajar dari pengalaman yang dialami Smartfren sudah saatnya semua pemangku kepentingan untuk duduk bersama guna menentukan arah dari manufaktur lokal agar Indonesia tidak terus menjadi pasar bagi penjualan perangkat. "Hal yang pasti, skala ekonomi saja ternyata tak cukup,"katanya.

Wakil Ketua Umum Bidang IT, Telekomunikasi, Penyiaran, dan Ristek Kadin Indonesia Didi Suwondo mengakui sudah saatnya dilakukan penyehatan di sektor manufaktur perangkat telekomunikasi agar lebih mandiri.

"Bisa menyediakan lahan ribuan hektar belum jaminan investor asing itu datang. Harus ada sejumlah insentif. Jika tidak, Indonesia tak akan mandiri sektor manufakturnya," katanya.

Comments (0)